MENJADI GURU YANG SABAR DAN IKHLAS
OLEH : TENGKU NETI AZNI,S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu keikhlasan dan kesabaran itu datang pada diri seorang
guru apabila pekerjaan menjadi guru adalah merupakan sautu panggilan hati
nurani atau merupakan panggilan jiwa. Menjadi guru itu benar-benar telah menjadi cita-cita
utamanya, yang telah diperjuangkan dan tak tergoyangkan dengan
pekerjaan-pekerjaan lainnya yang dari segi penghasilan jauh lebih besar
daripada penghasilan seorang guru. Cucuran keringat, haus dan dahaga taklah begitu dipedulikan
oleh seorang yang tulus bekerja demi mencapai tujuan Negara dalam mencerdaskan
anak bangsa. Sosok guru seperti inilah yang mampu
membawa perubahan dalam dunia pendidikan, mengajar dengan sepenuh hati, sepenuh
jiwa, dan dengan segenap pikiran yang tertuju pada keberhasilan anak didik
sebagai penerus perjuangan bangsa dalam mengisi
kemerdekaan. Mengajarkan ilmu, mendidik akhlak,
serta memotivasi peserta didik untuk terus berjuang demi meraih cita-cita yang
mulia.
Sangat ironis dimasa ini, menjadi seorang guru bukanlah
merupakan pilihan pertama dari sebagian besar guru yang ada di Indonesia. Pilihan menjadi guru terkadang
sebagai alternatif
terakhir dari sebuah cita-cita. Ada beberapa hal mengapa pilihan menjadi
seorang guru dijatuhkan, antara lain karena peluang kerja menjadi seorang guru
lebih besar dibandingkan dengan pekerja-pekerja lainnya. Dilihat dari segi
penerimaan CPNS dari tahun-tahun sebelumnya peluang CPNS dari tenaga
kependidikan jauh lebih besar. Hal inilah yang mendorong masyarakat Indonesia
memilih untuk menjadi guru, selain itu di beberapa universitas yang ada di
Indonesia untuk masuk kuliah pada fakultas keguruan dan ilmu pendidikan relatif mudah dan biaya yang
dibutuhkan jauh lebih murah
dibandingkan dengan masuk fakultas lainnya. Oleh karena menjadi seorang guru
bukanlah merupakan panggilan jiwa maka sebagian guru dalam melaksanakan tugasnya masih banyak yang
seadanya saja yang penting telah menjalankan tugas, jiwa mengajar dan mendidik
tidak terdapat di dalam dirinya.
Menjadi seorang guru matematika haruslah memiliki kesabaran dan
keikhlasan yang tinggi karena dari zaman ke zaman, masa ke masa pelajaran
matematika masih dianggap sebuah pelajaran yang sangat sulit bagi peserta
didik, dan menjadi pelajaran yang ditakutkan baik di janjang sekolah dasar,
sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, maupun di perguruan tinggi . Seorang guru matematika
yang tidak mempunyai tingkat kesabaran dan keikhlasan yang tinggi dalam
mengajar matematika akan dapat mengakibatkan terganggu psikologi pada dirinya,
teringat kisah hidup saya pada waktu sekolah SMP, saya mempunyai seorang guru
matematika yang mendidik dengan kekerasan. Semua benda-benda yang ada di
dekatnya menjadi sebuah peluru yang siap menembak siswa-siswanya bila salah
menjawab soal,
benda-benda itu langsung beterbangan, tidak hanya itu penggaris panjang yang
digunakan untuk menggambar di jadikan
sebagai senjata untuk memukul kaki sendiri sebanyak 50-100 kali, sepatu
terbang, penghapus terbang, cubitan adalah santapan setiap hari anak-anak yang
tidak dapat menjawab.
Siswa yang pintar akan tetaplah pintar sementara siswa yang tidak bisa akan lebih giat
belajar secara individu maupun secara berkelompok agar bisa menjawab pertanyaan
guru. Namun tidak
dipungkiri bahwa tingkat kecerdasan setiap anak itu berbeda-beda dan anak yang
memang tidak menguasai matematika akan sangat tertekan dan membenci guru
tersebut dan akan secara otomatis menambah kebenciannya terhadap pelajaran
matematika tersebut. Meskipun
sebenarnya maksud guru tersebut sangat baik agar setiap anak bisa menguasai
matematika.
Alhamdulillah pada zaman sekarang sistem pembelajaran seperti itu sudah
tidak diperbolehkan lagi. Timbul pertanyaan dalam benak kita bagaimanakah cara
agar guru matematika bisa menjadi guru yang sabar dan ikhlas? Jawaban dari pertanyaan tersebut akan menjadi
pokok permasalahan pada makalah ini dan akan di kupas tuntas pada bab
berikutnya.
BAB II
ISI
“Hai
orang-orang yang beriman bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah,
supaya kamu beruntung” (Ali ‘Imran :200)
Sepenggal ayat ini menjadi dasar bagi kita untuk terus
bersabar dalam menjalani rutinitas kehidupan ini baik dari segi pekerjaan
maupun aktivitas sehari-hari agar kita termasuk kedalam orang yang beruntung. Ayat ini juga sebagai landasan bagi
seorang guru untuk terus bersabar dalam mencerdaskan anak bangsa karena
kehidupan bangsa ini kelak merupakan hasil dari didikan yang kita ajarkan pada
saat ini.
A.
Ciri-ciri orang yang sabar
Dalam menjalankan tugas sebagai
seorang pendidik, terkadang kita selalu dihadapkan dengan berbagai tingkah laku
peserta didik yang terkadang membuat hati kita menjadi jengkel, ingin marah,
dan terkadang ada siswa yang terkesan seperti ingin menjatuhkan wibawa kita
sebagai seorang guru dan ini sangat berpengaruh pada mental kita saat proses
belajar mengajar berlangsung, agar semua itu bisa kita cermati dengan baik maka
kita sebagai seorang guru harus mampu menjaga kestabilan emosi kita, yaitu
dengan cara bersabar.
Kesabaran tidaklah berdiri dengan
sendirinya, ia selalu berdampingan dengan iman. Kesabaran itu tumbuh dengan
iman. Semakin kuat iman seseorang maka semakin kuat pula
kesabarannya. Iman adalah meyakini dalam hati,
mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dalam perbuatan. Keimanan yang kuat
menghujam di dalam dada yang
akan mendorong tumbuhnya kesabaran yang kuat pada diri seseorang. Membuat orang
yang lemah secara fisik menjadi kuat, membuat orang selalu memiliki harapan dan
optimis melihat masa depan, membuat orang selalu bersemangat, pantang menyerah,
dan tidak putus asa karena Allah SWT selalu menyertai orang-orang yang sabar.
Ada beberapa ciri orang yang sabar
antara lain sebagai berikut :
1. Bersyukur dengan segala yang berlaku
2. Ridho dengan ketentuan Illahi
3. Mengucapkan innalillahi wa innailahi
rojiun
4. Yakin bahwa setiap perkara yang
berlaku itu ada hikmah disebaliknya.
5. Berbaik sangka kepada ketetapan
Allah SWT
6. Beristigfar memohon ampun kepada
Allah SWT
7. Berusaha dan berdoa
8. Bertawakal
9. Yakin akan pertolongan Allah
Dari uraian di atas maka sebagai
seorang guru yang kodratnya sebagai manusia biasa yang selalu dihadapkan pada
ujian dan cobaan dalam menghadapi sifat, sikap dan tingkahlaku peserta didik yang berbeda-beda maka kesabaran sebagai suatu sifat
yang harus senantiasa dimiliki oleh guru.
B.
Ciri-ciri orang yang ikhlas
“Sesungguhnya shalatku,
ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.tiada
sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah
orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”.(QS:al-An’am: 162-163)
Disamping
sabar, seorang guru juga harus memiliki sifat ikhlas dalam mendidik peserta
didik. Menurut ustad Jefri Al Bukhori, Ikhlas adalah melakukan amalan-amalan semata-mata mencari keridaan Allah SWT. Amalan-amalan tersebut tanpa
dicampuri dengan keinginan dunia, keuntungan, pangkat, harta, kemasyhuran,
kedudukan tinggi, meminta pujian, menuruti hawa nafsu, dan lainnya. Bila
seorang guru ikhlas dalam menyampaikan materi yang diajarkan maka pembelajaran
akan lebih bisa terserap, karena guru yang ikhlas hanya mengharapkan ridho dari
Allah SWT akan selalu berupaya membuat atau mencari model pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik
dan dapat mengembangkan kemampuan yang ada dalam diri peserta didik, sehingga
pembelajaran yang di sampaikan terkesan lebih bermakna dan lebih menarik.
Pendidik bisa memposisikan dirinya sebagai motivator yang handal dengan niat
yang baik, sebagai fasilitator yang merancang pembelajaran dengan sempurna.
Pandangan orang yang ikhlas akan lebih tertuju kepada apa sesuatu yang terbaik
yang dapat ia berikan kepada peserta didik agar peserta didik dapat menerima
pemberiannya dengan senang.
Ada beberapa
ciri orang yang ikhlas menurut ustad Jefri Al Bukhori antara lain sebagai
berikut :
1. Pertama,
orang yang ikhlas bercirikan takut akan kemasyhuran dan sanjungan yang dapat
membawa fitnah kepada diri sendiri dan agamanya
2.
Orang yang ikhlas senantiasa menganggap dirinya hina di
hadapan Allah SWT. Hatinya tidak boleh dimasuki oleh sifat takabur dan takjub
terhadap diri sendiri. Bahkan, ia senantiasa merasa takut kalau-kalau dosanya
tidak diampuni oleh Allah atau kebaikannya tidak diterima oleh-Nya.
3.
Orang yang ikhlas lebih menyukai melakukan amal
kebaikan secara sembunyi-sembunyi daripada amalan yang dipenuhi dengan iklan
dan irama kemasyhuran.
4.
Orang yang ikhlas tidaklah bekerja semata-mata untuk
mencari keuntungan atau mencapai kemenangan saja. Ia melakukannya semata-mata
karena mencari keridaan Allah dan mematuhi perintah-Nya.
5. Orang
yang ikhlas senantiasa merasa gembira dengan adanya orang-orang yang mempunyai
kemampuan melebihi dirinya. Ia mampu berbagi amal dan memberi peluang kepada
siapa saja yang mampu untuk menggantikan posisinya tanpa merasa berat hati atau
berusaha menjegal dan menghalangnya, atau menghina dan marah kepadanya
Dari
keterangan di atas maka seorang guru yang ikhlas memiliki sifat yang rendah
hati, menganggap dirinya hina dimata Allah sehingga dia akan belajar dan selalu
belajar agar dia mampu jadi yang terbaik, diliputi dengan rasa gembira. Berbuat
hanya semata-mata mengharapkan ridho dari Allah SWT
C.
Bagaimana guru menggapai sabar?
Dalam menggapai kesabaran, kunci
utamanya adalah guru itu harus ikhlas menerima segala apa yang dihadapi dalam
menjalani kewajibannya sebagai seorang guru. Jika dia telah
ikhlas maka dengan sendirinya apapun
rintangan yang dihadapi oleh guru maka dia akan sabar, jadi antara
ikhlas dan sabar itu adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan antara satu
dengan yang lainnya. Selain itu seorang guru akan menggapai sabar jika dia
telah memahami bahwa pasti ada hikmah dibalik setiap masalah, sehingga dia
menjadikan setiap masalah itu untuk selalu instropeksi diri dan memperbaikinya
agar dia menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Allah sangat
menyukai orang-orang yang sabar makanya salah satu cara manusia pada umumnya
dan guru khususnya untuk melatih kesabaran adalah dengan berpuasa. Karena
dengan berpuasa tersebut kita telah belajar sabar untuk tidak makan, minum,
menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga
terbenam matahari.
Dengan berbekal
kesabaran berpuasa tersebut maka dengan mudah bagi guru untuk mengaplikasikan
dalam menjalankan kewajibannya sebagai guru untuk membimbing siswanya dalam
meraih cita-cita mereka.
D.
Bagaimana guru menggapai ikhlas?
Seorang guru yang ingin menggapai
ikhlas, harus berniat tulus mengajar hanya untuk mendapatkan ridho dari Allah
SWT. Oleh sebab itu kita harus mengetahui apa keutamaan dari ikhlas tersebut.
Keutamaan
Ikhlas
عَنْ
أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى
صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ
أَعْمَالِكُمْ
Di
dalam Al Quran, Allah memuji orang-orang yang ikhlas.Mereka tidak menghendaki
dari amalnya tersebut, kecuali wajah Allah dan keridhaanNya.
Ikhlas tidak akan dapat dicapai jika terkumpul dua sifat:
- Senang
akan pujian dan sanjungan dari Manusia <riya>
- Mengharapkan
balasan dari manusia.
Lalu
bagaimana kita bisa mencapai sifat ikhlas?
Ikhlas bisa dicapai dengan mujahadah (bersungguh-sungguh
berlatih, kita
melatih diri kita sendiri ) Nafsu selalu memerintahkan diri kita pada
keburukan sehingga terkadang membuat kita sulit untuk mengontrol emosi, bila
emosi sudah tidak terkendalikan maka tiadalah kata ikhlas akan tertanam dalam
hati kita.
Rasulullah
Saw bersabda,
“Al
mujahidu man jahada ‘an to’atillah” (Orang yang berjihad itu adalah orang yang
menundukkan hawa nafsunya untuk tunduk patuh mentaati Allah)
Maka
satu-satunya cara untuk mencapai ikhlas adalah dengan mujahadah.
Bersungguh-sungguh membiasakan diri untuk ikhlas. Kita harus
bersungguh-sungguh melatih diri untuk bisa ikhlas, karena sifat ikhlas ini
adalah sifat yang mencirikan para penghuni syurga.
BEBERAPA
FAKTOR YANG DAPAT MENDUKUNG IKHLAS
Ada beberapa faktor yang dapat mendukung seorang guru untuk
bisa ikhlas, sehingga mampu melakukan tugas dan kewajibannya, kendatipun ikhlas
itu sangat sulit untuk didapat. Beberapa faktor tersebut menurut Utaratu ialah:
(1).
Belajar menuntut ilmu yang bermanfaat,
yaitu terus mempelajari Al Qur`an dan As Sunna
(2).
Berteman dengan orang-orang shalih.
Ini termasuk faktor yang dapat mendorong keikhlasan.Berteman dengan orang-orang
yang shalih dapat memotivasi diri untuk mengikuti jejak dan tingkah laku mereka
yang baik, mengambil pelajaran dan mencontoh akhlak mereka yang baik.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan perumpamaan tentang sahabat
yang baik dan yang tidak baik dengan sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, yang artinya: Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan teman yang
buruk, ialah seperti pembawa minyak wangi dan peniup tungku api (pandai besi).
Pembawa minyak wangi boleh jadi akan memberimu, bisa jadi kamu akan membeli
darinya. Dan kalau tidak, kamu akan mendapat bau harum darinya. Sedangkan
peniup tungku api (pandai besi), boleh jadi akan membakar pakaianmu, dan bisa
jadi engkau mendapatkan bau yang tidak sedap darinya. [Muttafaqun ‘alaihi, dari
Abu Musa Al Asy’ari]
(3).
Membaca sirah (perjalanan hidup)
orang-orang yang ikhlas. Di antara
(4).
Bersungguh-sungguh melawan hawa
nafsu. Seseorang tidak akan dapat mencapai keikhlasan kalau tidak
bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu, kecintaan kepada kedudukan dan
ketenaran, gila harta, sanjungan, dengki, dendam, dan lain-lainnya.
(5).
Berdo’a dan memohon pertolongan
kepada Allah. Ini termasuk salah satu jalan yang bisa menguatkan dan menopang
agar seseorang bersungguh-sungguh untuk ikhlas dalam ibadah.Doa adalah senjata
orang mukmin. Untuk dapat mewujudkan permintaan dan memenuhi kebutuhannya,
manusia disyariatkan Allah agar berdoa. Di antara doa itu ialah :
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ
شَيْئاً نَعْلَمُهُ وَ نَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ نَعْلَمُ
Ya, Allah.Sesungguhya kami berlindung kepadaMu agar tidak
menyekutukanMu dengan sesuatu yang kami ketahui.Dan kami memohon ampun kepadaMu
dari sesuatu yang kami tidak mengetahuinya.[HSR
Ahmad 4/403 dan sanadnya hasan. Hadits ini diriwayatkan juga oleh Imam
lainnya].
Dengan
paparan tersebut untuk bisa menggapai sifat iklas, seorang guru harus
menjauhkan diri dari sifat senang di puji dan mengharapkan balasan,
sesungguhnya apa yang kita beri akan di balas oleh Allah SWT dengan sesuatu
yang jauh lebih baik.
E.
Bagaimana pembelajaran dari seorang
guru yang sabar dan ikhlas?
Guru yang sabar
dalam kegiatan pembelajaran akan terlihat dari sikapnya yang mau berulang kali
menjelaskan materi yang siswanya belum paham, selain itu ketika siswanya tidak
bisa menyelesaikan soal dia tidak memarahinya tapi guru tersebut tanpa jemu
akan membimbing siswa sampai dia benar-benar paham dan mampu menyelesaikan soal
tesebut.
Sedangkan guru
yang ikhlas dalam kegiatan pembelajaran akan nampak dari sikapnya yang selalu
mengajar dengan penuh semangat, guru tersebut akan mengayomi semua siswanya,
akan sabar mengantarkan siswa-siswinya menuju cita-citanya, guru yang ikhlas
bekerja atas panggilan jiwanya bukan karena imbalan sebab imbalan itu adalah
hal yang wajar guru terima namun hal itu bukan menjadi motivasi utamanya, guru
yang ikhlas itu akan terlihat dari sikapnya yang tidak mengharapkan pujian dari
siapapun, guru yang ikhlas terlihat dari sikapnya yang selalu gembira karena
dia benar-benar menikmati pekerjaannya, dan guru yang ikhlas tersebut akan
gembira apabila siswa-siswi asuhannya mencapai kesuksesan.
F.
Apakah guru yang sabar dan ikhlas bisa
mengantarkan keberhasilan bagi peserta didik?
Berhasil atau
tidaknya peserta didik ditentukan oleh beberapa faktor yaitu:
1.
Faktor internal (dari dalam diri siswa
sendiri)
Faktor yang berasal dari diri siswa
sendiri meliputi dua aspek, yakni:
a. Aspek Fisiologis
Kondisi
umum jasmani dan tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ
tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, dapat menurunkan
kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang
atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan ketegangan otot jasmani agar tetap
bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi,
memilih pola istirahat dan olahraga yang ringan secara teratur dan
berkesinambungan.
Kondisi
organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera
penglihat, sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan
pengetahuan. Apabila daya pendengaran dan daya penglihatan siswa rendah, akan
menyulitkan sensory register dalam menyerap item-iten informasi yang bersifat
echoic dan econic (gema dan citra). Akan berakibat terhambatnya proses
informasi yang dilakukan oleh system memori siswa tersebut.
Untuk
mengatasi timbulnya masalah mata dan telinga, sebaiknya bekerja sama dengan
pihak sekolah untuk memperoleh bantuan pemeriksaan rutin (periodic) dari
dinas-dinas kesehatan setempat. Kiat lain yang tak kalah penting ialah
menempatkan mereka di deretan bangku terdepan secara bijaksana. Tidak perlu
menunjukkan sikap dan alasan mengapa mereka di tempatkan di depan kelas.
Langkah bijaksana ini, perlu diambil untuk mempertahankan self-esteem dan self
confidence siswa-siswa tersebut. Kemerosotan self-esteem dan self confidence
(rasa percaya diri) seorang siswa akan menimbulkan frustasi.
b. Aspek Psikologis
Semua
keadaan dan fungsi psikis tentu saja berpengaruh terhadap proses belajar yang
bersifat psikis juga. Beberapa faktor
psikis yang utama, yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar, ialah:
1) Intelegensi
Intelegensi
pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat
(Reber, 1988). Jadi, intelegensi bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan
juga kualitas organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara
pengontrol” hampir seluruh aktivitas. Tingkat kecerdasan (IQ) siswa tak dapat
diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
2) Sikap Siswa
Sikap
adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relative tetap
terhadap objek, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negative.
Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama pada guru dan mata pelajaran yang
di bawanya pertanda awal yang baik bagi proses belajar belajar siswa tersebut.
3) Bakat
Hampir
tak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan
bakat yang dimilki, akan memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. Akan
tetapi banyak hal-hal yang selalu menghalangi untuk tercipatanya kondisi yang
sangat diingini oleh setiap orang. Dalam lingkungan sekolah (SMP, SMA) belum
semua sekolah memberi pelajaran pilihan bebas, yang memang sesuai dengan bakat
anak-anak. Memang diakui alat pengukur bakat yang benar-benar dapat diandalkan
sampai saat ini masih langka. Secara mudah, bila dijumpai murid-murid
berprestasi sangat menonjol dalam bidang tertentu kiranya ini perlu mendapatkan
perhatian khusus, sebab ada kemungkinan anak tersebut mempunyai bakat dalam
bidang itu.
4) Minat
Jika
seseorang mempelajari sesuatu dengan penuh minat, maka dapat diharapkan bahwa
hasilnya akan lebih baik, sebaliknya kalau seseorang tidak berminat untuk
mempelajari sesuata, jangan diharapkan bahwa akan berhasil dengan baik dalam
mempelajari hal tersebut. Karena persoalan yang biasa timbul ialah bagaimana
mengusahakan agar hal yang diinginkan sebagai pengalaman belajar itu menarik
minat para pelajar atau bagaimana cara menentukan agar para pelajar dapat
belajar sesuai dengan minatnya.
5) Motivasi
Motivasi
belajar artinya bagaimana permulaannya seseorang itu mau belajar. Karena,
belajar merupakan suatau keharusan. Keinginan untuk hidup sebagai manusia
haruslah melakukan belajar. Belajar terjadi karena timbulnya kebutuhan.
Kebutuhan inilah yang mendorong sesorang untuk belajar.
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: motivasi instrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbulnya dari
dalam orang yang bersangkutan, tanpa rangsangan atau dorongan dari orang lain.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa motivasi instrinsik lebih efektif dalam
mendorong seseorang dalam belajar daripada motivasi ekstrinsik.
6) Emosi
Sesuai
dengan proses belajar dalam perkembangan kehidupan sesorang maka terbentuklah
suatu tipe atau keadaan kepribadian tertentu, antara lain menjadi seseorang
yang emosional, mudah putus asa. Hal ini tentu ikut menentukan bagaimana ia
menerima, menghayati pengalaman yang diperoleh. Keadaan emosi yang labil, mudah
marah, mudah tersinggung, merasa tertekan, dapat menggangu keberhasilan anak
dalam belajar. Sedangkan, perasaan gembira, bebas, merupakan aspek yang
mendukung dalam kegiatan belajar.
7) Kemampuan Kognitif
Yang
dimaksud dengan kemampuan kognitif adalah kemampuan menalar yang dimiliki oleh
siswa. Perlu diketahui bahwa penalaran kognitif tidak akan berkembang dengan
baik, tanpa adanya latihan. Untuk itu, belajar secara teratur akan meningkatkan
kemampuan kognitif yang dimiliki seseorang.
2.
Faktor Eksternal
(faktor dari luar siswa)
Faktor eksternal terdiri dari tiga macam, yaitu:
a. Faktor
Lingkungan
1) Lingkungan alami
Yaitu
kondisi alam yang dapat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, seperti:
cuaca, musim yang sedang berlangsung, termasuk kejadian alam.
2) Lingkungan sosial
Lingkungan
sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan, teman sekelas, masyarakat,
keluarga. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik, sabar, ikhlas, dan memperlihat suri
tauladan yang baik. Kondisi masyarakat yang serba kekurangan akan sangat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Yang lebih banyak mempengaruhi ialah
orang tua dan keluarga siswa.
3) Lingkungan non sosial
Faktor-faktor
yang termasuk lingkungan non sosial
ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, dan alat-alat belajar. Faktor
ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan siswa.
b. Faktor-Faktor Instrumental
Faktor-faktor
instrumental adalah faktor yang adanya dan pengujiannya dirancang sesuai dengan
hasil belajar yang diharapkan. Faktor
ini dapat dimanipulasi untuk mencapai tujuan
belajar yang telah dirancang. Terdiri
dari 5 hal:
1) Kurikulum
Kurikulum
sekolah yang belum mantap, dapat mengganggu proses belajar siswa. Terutama
siswa yang terkena aturan perubahan kurikulum. Kurikulum yang baik, jelas, dan
mantap memungkinkan para siswa untuk dapat belajar lebih baik pula.
2) Program
Program
pendidikan dan pengajaran di sekolah yang telah dirinci dalam suatu kegiatan
yang jelas, akan memudahkan siswa dalam merencanakan dan mempersiapkan untuk
mengikut program tersebut. Program-program yang jelas tujuannya, sasarannya,
waktunya, dan kegiatannya membantu siswa dalam proses belajar.
3) Bahan atau hal yang dipelajari
Bahan
atau hal yang dipelajari akan menentukan bagaimana proses belajar itu terjadi
dan akan menentukan pula kuantitas maupun kualitas belajar. Berbeda dalam proses pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap
hasil belajar.
4) Sarana dan fasilitas
Keadaan
gedung/tempat belajar siswa, termasuk penerangan, fentilasi, dan tempat duduk
dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Penerangan yang cukup, fentilasi
yang memungkinkan pergantian udara secara baik, tempat duduk yang memadai dan
ruangan yang bersih akan membuat iklim yang kondusif untuk belajar. Alat-alat
pelajaran lengkap, perpustakaan yang memadai, koperasi, kantin, merupakan faktor pendukung keberhasilan dan kemudahan
bagi para siswa.
5) Guru/tenaga kerja
Kelengkapan
jumlah tenaga pengajar dan kualitas dari guru tersebut akan mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam belajar. Disamping itu, cara guru mengajar akan
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
Kemampuan
guru, kedisiplinan dan cara mengajar yang baik yang dimiliki oleh setiap guru yang sabar dan ikhlas, memungkinkan para
murid belajar secara baik.
Jadi dapat dapat disimpulkan bahawa guru yang
sabar dan ikhlas adalah salah satu faktor yang bisa mengantarkan keberhasilan
bagi peserta didiknya untuk menguasai pelajaran yang diajarkannya, dan dengan
siswa mampu menguasai pelajaran maka tanpa disadari guru tersebut telah
mengantarkan peserta didik menuju keberhasilan mereka dalam meraih cita-cita
yang mereka inginkan.
BAB III
KESIMPULAN
Menjadi seorang guru tidak cukup hanya
memiliki wawasan yang luas saja namun disamping itu dibutuhkan juga kesabaran
dan keikhlasan dalam menjalankannya. Karena dengan kesabaran dan keikhlasan
tersebut akan menumbuhkan motivasi bagi siswa untuk belajar.
Untuk menjadi seorang guru yang sabar
dan ikhlas itu tidak semudah membalikkan telapak tangan tapi membutuhkan proses
yang cukup panjang. Kesabaran tidaklah berdiri dengan
sendirinya, ia selalu berdampingan dengan iman. Kesabaran itu tumbuh dengan
iman. Semakin kuat iman seseorang maka semakin kuat pula
kesabarannya. Keimanan yang kuat menghujam di
dalam dada yang
akan mendorong tumbuhnya kesabaran yang kuat pada diri seseorang. Membuat orang
yang lemah secara fisik menjadi kuat, membuat orang selalu memiliki harapan dan
optimis melihat masa depan, membuat orang selalu bersemangat, pantang menyerah,
dan tidak putus asa karena Allah SWT selalu menyertai orang-orang yang sabar.
Disamping sabar,
seorang guru juga harus memiliki sifat ikhlas dalam mendidik peserta didik.
Menurut ustad Jefri Al Bukhori, Ikhlas adalah melakukan
amalan-amalan semata-mata
mencari keridaan
Allah SWT. Amalan-amalan tersebut tanpa dicampuri dengan keinginan dunia,
keuntungan, pangkat, harta, kemasyhuran, kedudukan tinggi, meminta pujian,
menuruti hawa nafsu, dan lainnya. Bila seorang guru ikhlas dalam menyampaikan
materi yang diajarkan maka pembelajaran akan lebih bisa terserap, karena guru
yang ikhlas hanya mengharapkan ridho dari Allah SWT akan selalu berupaya
membuat atau mencari model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan dapat
mengembangkan kemampuan yang ada dalam diri peserta didik, sehingga
pembelajaran yang di sampaikan terkesan lebih bermakna dan lebih menarik.
Pendidik bisa memposisikan dirinya sebagai motivator yang handal dengan niat
yang baik, sebagai fasilitator yang merancang pembelajaran dengan sempurna.
Pandangan orang yang ikhlas akan lebih tertuju kepada apa sesuatu yang terbaik
yang dapat ia berikan kepada peserta didik agar peserta didik dapat menerima
pemberiannya dengan senang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa guru merupakan salah satu faktor penentu
kesuksesan siswa. Oleh karena itu dibutuhkan guru yang sabar dan ikhlas dalam
dunia pendidikan agar peserta didik yang merupakan generasi penerus bangsa
dapat tumbuh menjadi generasi yang cerdas dan bertakwa, sehingga mampu
bersaing dengan dunia internasional
dalam menghadapi globalisasi tanpa harus menghilangkan jati diri bangsa
indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Ummu Azma, 2010, Dahsyatnya
Kekuatan Sabar, Bogor : Belanoor