Jumat, 11 Januari 2013

BELAJAR KEPADA YANG AHLI


BELAJAR KEPADA YANG AHLI
Oleh : Tengku Neti Azni
            Setiap ilmu punya gurunya masing-masing,  bila kita ingin belajar matematika maka kita harus pergi ketempat guru matematika, bila kita ingin belajar mengaji maka kita harus pergi kepada guru mengaji, begitu juga saat kita ingin memperdalam ilmu agama maka kitapun harus datang kepada ustadznya. Belajar agama sangat penting bagi kita karena disanalah pondasi kita agar tidak tersesat. Pengalaman yang dirasakan oleh seorang prof. Dr. Marsigit  tentang keinginannya untuk mencapai ritual ikhlas dengan ikut istikaf di masjid dan belajar dengan  para santri dan ustadz sungguh pelajaran yang sangat luar biasa yang bisa kita petik. Belajar itu tidaklah pandang usia, yang penting punya kemauan untuk menggali serta mencari ilmu sebanyak-banyaknya dan untuk kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
            Belajar agama bukan hanya mengasah kemampuan imajinasi kita dalam berpikir namun juga sebagai pembersih hati, sebagai mana yang kita ketahui bahwa hati berperan penting dalam diri seseorang, hatilah yang bisa merasakan penderitaan ataupun kebahagiaan.  Hati yang bisa merasakan bahwa kita selalu dilihat dan diperhatikan oleh Allah SWT, hati ini digolongkan kedalam tiga golongan :
1.      Hati yang mati, hati yang mati adalah hati yang tidak peka lagi terhadap agama, hanya menikmati kesenangan dunia saja seakan-akan tidak ada kehidupan setelah kematian.
2.      Hati yang sakit, hati yang sakit ini adalah hati yang rusak dalam pandangan dan keinginan. Rusak dalam pandangan berarti menyimpulkan segala sesuatu dengan kesimpulan yang jauh dari kebenaran. Sedangkan rusak dalam pandangan berarti mengingankan sesuatu yang tidak dibutuhkan. Hati yang sakit masih ingat dengan akhirat.
3.      Hati yang selamat/bersih, hati yang selamat atau bersih adalah hati yang selalu tertuju kepada Allah SWT. Segala yang terjadi dalam dirinya akan dianggap sebagai perwujudan kasih saying Allah SWT kepadanya sehingga orang memilik hati ini tidak ada perasaan mengeluh pada dirinya dalam menjalani hidup ini, yang dia cari hanya satu yaitu keridhoan Allah SWT, berbuat hanya karena Allah SWT.

Agar hati kita senantiasa menjadi hati yang selamat atau bersih maka tumbuhkanlah dihati kita untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, salah satu caranya adalah seperti yang telah dilakukan oleh pak marsigit selama 5 hari beristikaf di masjid.

Rabu, 02 Januari 2013

Menjadi Guru yang Sabar dan Ikhlas


MENJADI GURU YANG SABAR DAN IKHLAS

OLEH : TENGKU NETI AZNI,S.Pd



BAB I
PENDAHULUAN

Suatu keikhlasan dan kesabaran itu datang pada diri seorang guru apabila pekerjaan menjadi guru adalah merupakan sautu panggilan hati nurani atau merupakan panggilan jiwa. Menjadi guru itu benar-benar telah menjadi cita-cita utamanya, yang telah diperjuangkan dan tak tergoyangkan dengan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang dari segi penghasilan jauh lebih besar daripada penghasilan seorang guru. Cucuran keringat, haus dan dahaga taklah begitu dipedulikan oleh seorang yang tulus bekerja demi mencapai tujuan Negara dalam mencerdaskan anak bangsa. Sosok guru seperti inilah yang mampu membawa perubahan dalam dunia pendidikan, mengajar dengan sepenuh hati, sepenuh jiwa, dan dengan segenap pikiran yang tertuju pada keberhasilan anak didik sebagai penerus perjuangan bangsa dalam mengisi kemerdekaan. Mengajarkan ilmu, mendidik akhlak, serta memotivasi peserta didik untuk terus berjuang demi meraih cita-cita yang mulia.
Sangat ironis dimasa ini, menjadi seorang guru bukanlah merupakan pilihan pertama dari sebagian besar guru yang ada di Indonesia. Pilihan menjadi guru terkadang sebagai alternatif terakhir dari sebuah cita-cita. Ada beberapa hal mengapa pilihan menjadi seorang guru dijatuhkan, antara lain karena peluang kerja menjadi seorang guru lebih besar dibandingkan dengan pekerja-pekerja lainnya. Dilihat dari segi penerimaan CPNS dari tahun-tahun sebelumnya peluang CPNS dari tenaga kependidikan jauh lebih besar. Hal inilah yang mendorong masyarakat Indonesia memilih untuk menjadi guru, selain itu di beberapa universitas yang ada di Indonesia untuk masuk kuliah pada fakultas keguruan  dan ilmu pendidikan relatif mudah dan biaya yang dibutuhkan jauh lebih murah dibandingkan dengan masuk fakultas lainnya. Oleh karena menjadi seorang guru bukanlah merupakan panggilan jiwa maka sebagian guru  dalam melaksanakan tugasnya masih banyak yang seadanya saja yang penting telah menjalankan tugas, jiwa mengajar dan mendidik tidak terdapat di dalam dirinya.
Menjadi seorang guru matematika haruslah memiliki kesabaran dan keikhlasan yang tinggi karena dari zaman ke zaman, masa ke masa pelajaran matematika masih dianggap sebuah pelajaran yang sangat sulit bagi peserta didik, dan menjadi pelajaran yang ditakutkan baik di janjang sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, maupun  di perguruan tinggi . Seorang guru matematika yang tidak mempunyai tingkat kesabaran dan keikhlasan yang tinggi dalam mengajar matematika akan dapat mengakibatkan terganggu psikologi pada dirinya, teringat kisah hidup saya pada waktu sekolah SMP, saya mempunyai seorang guru matematika yang mendidik dengan kekerasan. Semua benda-benda yang ada di dekatnya menjadi sebuah peluru yang siap menembak siswa-siswanya bila salah menjawab soal, benda-benda itu langsung beterbangan, tidak hanya itu penggaris panjang yang digunakan untuk  menggambar di jadikan sebagai senjata untuk memukul kaki sendiri sebanyak 50-100 kali, sepatu terbang, penghapus terbang, cubitan adalah santapan setiap hari anak-anak yang tidak dapat menjawab. Siswa yang pintar akan tetaplah pintar sementara siswa yang tidak bisa akan lebih giat belajar secara individu maupun secara berkelompok agar bisa menjawab pertanyaan guru. Namun tidak dipungkiri bahwa tingkat kecerdasan setiap anak itu berbeda-beda dan anak yang memang tidak menguasai matematika akan sangat tertekan dan membenci guru tersebut dan akan secara otomatis menambah kebenciannya terhadap pelajaran matematika tersebut. Meskipun sebenarnya maksud guru tersebut sangat baik agar setiap anak bisa menguasai matematika.
Alhamdulillah pada zaman sekarang sistem pembelajaran seperti itu sudah tidak diperbolehkan lagi. Timbul pertanyaan dalam benak kita bagaimanakah cara agar guru matematika bisa menjadi guru yang sabar dan ikhlas?  Jawaban dari pertanyaan tersebut akan menjadi pokok permasalahan pada makalah ini dan akan di kupas tuntas pada bab berikutnya.




BAB II
ISI

Hai orang-orang yang beriman bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung” (Ali ‘Imran :200)

Sepenggal ayat ini menjadi dasar bagi kita untuk terus bersabar dalam menjalani rutinitas kehidupan ini baik dari segi pekerjaan maupun aktivitas sehari-hari agar kita termasuk kedalam orang yang beruntung. Ayat ini juga sebagai landasan bagi seorang guru untuk terus bersabar dalam mencerdaskan anak bangsa karena kehidupan bangsa ini kelak merupakan hasil dari didikan yang kita ajarkan pada saat ini.
A.    Ciri-ciri orang yang sabar
Dalam menjalankan tugas sebagai seorang pendidik, terkadang kita selalu dihadapkan dengan berbagai tingkah laku peserta didik yang terkadang membuat hati kita menjadi jengkel, ingin marah, dan terkadang ada siswa yang terkesan seperti ingin menjatuhkan wibawa kita sebagai seorang guru dan ini sangat berpengaruh pada mental kita saat proses belajar mengajar berlangsung, agar semua itu bisa kita cermati dengan baik maka kita sebagai seorang guru harus mampu menjaga kestabilan emosi kita, yaitu dengan cara bersabar.
Kesabaran tidaklah berdiri dengan sendirinya, ia selalu berdampingan dengan iman. Kesabaran itu tumbuh dengan iman. Semakin kuat iman seseorang maka semakin kuat pula kesabarannya. Iman adalah meyakini dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dalam perbuatan. Keimanan yang kuat menghujam di dalam dada yang akan mendorong tumbuhnya kesabaran yang kuat pada diri seseorang. Membuat orang yang lemah secara fisik menjadi kuat, membuat orang selalu memiliki harapan dan optimis melihat masa depan, membuat orang selalu bersemangat, pantang menyerah, dan tidak putus asa karena Allah SWT selalu menyertai orang-orang yang sabar.

Ada beberapa ciri orang yang sabar antara lain sebagai berikut :
1.      Bersyukur dengan segala yang berlaku
2.      Ridho dengan ketentuan Illahi
3.      Mengucapkan innalillahi wa innailahi rojiun
4.      Yakin bahwa setiap perkara yang berlaku itu ada hikmah disebaliknya.
5.      Berbaik sangka kepada ketetapan Allah SWT
6.      Beristigfar memohon ampun kepada Allah SWT
7.      Berusaha dan berdoa
8.      Bertawakal
9.      Yakin akan pertolongan Allah
Dari uraian di atas maka sebagai seorang guru yang kodratnya sebagai manusia biasa yang selalu dihadapkan pada ujian dan cobaan dalam menghadapi sifat, sikap dan tingkahlaku peserta didik yang berbeda-beda maka kesabaran sebagai suatu sifat yang harus senantiasa dimiliki oleh guru.

B.     Ciri-ciri orang yang ikhlas

“Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”.(QS:al-An’am: 162-163)
Disamping sabar, seorang guru juga harus memiliki sifat ikhlas dalam mendidik peserta didik. Menurut ustad  Jefri Al Bukhori, Ikhlas adalah melakukan amalan-amalan semata-mata mencari keridaan Allah SWT. Amalan-amalan tersebut tanpa dicampuri dengan keinginan dunia, keuntungan, pangkat, harta, kemasyhuran, kedudukan tinggi, meminta pujian, menuruti hawa nafsu, dan lainnya. Bila seorang guru ikhlas dalam menyampaikan materi yang diajarkan maka pembelajaran akan lebih bisa terserap, karena guru yang ikhlas hanya mengharapkan ridho dari Allah SWT akan selalu berupaya membuat atau mencari model pembelajaran yang sesuai dengan  kebutuhan peserta didik dan dapat mengembangkan kemampuan yang ada dalam diri peserta didik, sehingga pembelajaran yang di sampaikan terkesan lebih bermakna dan lebih menarik. Pendidik bisa memposisikan dirinya sebagai motivator yang handal dengan niat yang baik, sebagai fasilitator yang merancang pembelajaran dengan sempurna. Pandangan orang yang ikhlas akan lebih tertuju kepada apa sesuatu yang terbaik yang dapat ia berikan kepada peserta didik agar peserta didik dapat menerima pemberiannya dengan senang.
Ada beberapa ciri orang yang ikhlas menurut ustad Jefri Al Bukhori antara lain sebagai berikut :
1.      Pertama, orang yang ikhlas bercirikan takut akan kemasyhuran dan sanjungan yang dapat membawa fitnah kepada diri sendiri dan agamanya
2.      Orang yang ikhlas senantiasa menganggap dirinya hina di hadapan Allah SWT. Hatinya tidak boleh dimasuki oleh sifat takabur dan takjub terhadap diri sendiri. Bahkan, ia senantiasa merasa takut kalau-kalau dosanya tidak diampuni oleh Allah atau kebaikannya tidak diterima oleh-Nya.
3.      Orang yang ikhlas lebih menyukai melakukan amal kebaikan secara sembunyi-sembunyi daripada amalan yang dipenuhi dengan iklan dan irama kemasyhuran.
4.      Orang yang ikhlas tidaklah bekerja semata-mata untuk mencari keuntungan atau mencapai kemenangan saja. Ia melakukannya semata-mata karena mencari keridaan Allah dan mematuhi perintah-Nya.
5.      Orang yang ikhlas senantiasa merasa gembira dengan adanya orang-orang yang mempunyai kemampuan melebihi dirinya. Ia mampu berbagi amal dan memberi peluang kepada siapa saja yang mampu untuk menggantikan posisinya tanpa merasa berat hati atau berusaha menjegal dan menghalangnya, atau menghina dan marah kepadanya
Dari keterangan di atas maka seorang guru yang ikhlas memiliki sifat yang rendah hati, menganggap dirinya hina dimata Allah sehingga dia akan belajar dan selalu belajar agar dia mampu jadi yang terbaik, diliputi dengan rasa gembira. Berbuat hanya semata-mata mengharapkan ridho dari Allah SWT
C.    Bagaimana guru menggapai sabar?
Dalam menggapai kesabaran, kunci utamanya adalah guru itu harus ikhlas menerima segala apa yang dihadapi dalam menjalani kewajibannya sebagai seorang guru. Jika dia telah ikhlas maka dengan sendirinya apapun  rintangan yang dihadapi oleh guru maka dia akan sabar, jadi antara ikhlas dan sabar itu adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Selain itu seorang guru akan menggapai sabar jika dia telah memahami bahwa pasti ada hikmah dibalik setiap masalah, sehingga dia menjadikan setiap masalah itu untuk selalu instropeksi diri dan memperbaikinya agar dia menjadi lebih baik dari  sebelumnya.
Allah sangat menyukai orang-orang yang sabar makanya salah satu cara manusia pada umumnya dan guru khususnya untuk melatih kesabaran adalah dengan berpuasa. Karena dengan berpuasa tersebut kita telah belajar sabar untuk tidak makan, minum, menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
Dengan berbekal kesabaran berpuasa tersebut maka dengan mudah bagi guru untuk mengaplikasikan dalam menjalankan kewajibannya sebagai guru untuk membimbing siswanya dalam meraih cita-cita mereka.

D.    Bagaimana guru menggapai ikhlas?
Seorang guru yang ingin menggapai ikhlas, harus berniat tulus mengajar hanya untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT. Oleh sebab itu kita harus mengetahui apa keutamaan dari ikhlas tersebut.
Keutamaan Ikhlas
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ
Di dalam Al Quran, Allah memuji orang-orang yang ikhlas.Mereka tidak menghendaki dari amalnya tersebut, kecuali wajah Allah dan keridhaanNya.
Ikhlas tidak akan dapat dicapai jika terkumpul dua sifat:
  1. Senang akan pujian dan sanjungan dari  Manusia <riya>
  2. Mengharapkan balasan dari manusia.

Lalu bagaimana kita bisa mencapai sifat ikhlas?  
Ikhlas bisa dicapai dengan mujahadah (bersungguh-sungguh berlatih, kita melatih diri kita sendiri ) Nafsu selalu memerintahkan diri kita pada keburukan sehingga terkadang membuat kita sulit untuk mengontrol emosi, bila emosi sudah tidak terkendalikan maka tiadalah kata ikhlas akan tertanam dalam hati kita.
Rasulullah Saw bersabda,
“Al mujahidu man jahada ‘an to’atillah” (Orang yang berjihad itu adalah orang yang menundukkan  hawa nafsunya untuk tunduk patuh mentaati Allah)
Maka satu-satunya cara untuk mencapai ikhlas adalah dengan mujahadah. Bersungguh-sungguh membiasakan diri untuk ikhlas. Kita harus bersungguh-sungguh melatih diri untuk bisa ikhlas, karena sifat ikhlas ini adalah sifat yang mencirikan para penghuni syurga.
BEBERAPA FAKTOR YANG DAPAT MENDUKUNG IKHLAS
Ada beberapa faktor yang dapat mendukung seorang guru untuk bisa ikhlas, sehingga mampu melakukan tugas dan kewajibannya, kendatipun ikhlas itu sangat sulit untuk didapat. Beberapa faktor tersebut  menurut Utaratu ialah:
(1). Belajar menuntut ilmu yang bermanfaat, yaitu terus mempelajari Al Qur`an dan As Sunna
(2). Berteman dengan orang-orang shalih. Ini termasuk faktor yang dapat mendorong keikhlasan.Berteman dengan orang-orang yang shalih dapat memotivasi diri untuk mengikuti jejak dan tingkah laku mereka yang baik, mengambil pelajaran dan mencontoh akhlak mereka yang baik. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan perumpamaan tentang sahabat yang baik dan yang tidak baik dengan sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang artinya: Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk, ialah seperti pembawa minyak wangi dan peniup tungku api (pandai besi). Pembawa minyak wangi boleh jadi akan memberimu, bisa jadi kamu akan membeli darinya. Dan kalau tidak, kamu akan mendapat bau harum darinya. Sedangkan peniup tungku api (pandai besi), boleh jadi akan membakar pakaianmu, dan bisa jadi engkau mendapatkan bau yang tidak sedap darinya. [Muttafaqun ‘alaihi, dari Abu Musa Al Asy’ari]
(3). Membaca sirah (perjalanan hidup) orang-orang yang ikhlas. Di antara
(4). Bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu. Seseorang tidak akan dapat mencapai keikhlasan kalau tidak bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu, kecintaan kepada kedudukan dan ketenaran, gila harta, sanjungan, dengki, dendam, dan lain-lainnya.
(5). Berdo’a dan memohon pertolongan kepada Allah. Ini termasuk salah satu jalan yang bisa menguatkan dan menopang agar seseorang bersungguh-sungguh untuk ikhlas dalam ibadah.Doa adalah senjata orang mukmin. Untuk dapat mewujudkan permintaan dan memenuhi kebutuhannya, manusia disyariatkan Allah agar berdoa. Di antara doa itu ialah :
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئاً نَعْلَمُهُ وَ نَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ نَعْلَمُ
Ya, Allah.Sesungguhya kami berlindung kepadaMu agar tidak menyekutukanMu dengan sesuatu yang kami ketahui.Dan kami memohon ampun kepadaMu dari sesuatu yang kami tidak mengetahuinya.[HSR Ahmad 4/403 dan sanadnya hasan. Hadits ini diriwayatkan juga oleh Imam lainnya].
Dengan paparan tersebut untuk bisa menggapai sifat iklas, seorang guru harus menjauhkan diri dari sifat senang di puji dan mengharapkan balasan, sesungguhnya apa yang kita beri akan di balas oleh Allah SWT dengan sesuatu yang jauh lebih baik.
E.     Bagaimana pembelajaran dari seorang guru yang sabar dan ikhlas?
Guru yang sabar dalam kegiatan pembelajaran akan terlihat dari sikapnya yang mau berulang kali menjelaskan materi yang siswanya belum paham, selain itu ketika siswanya tidak bisa menyelesaikan soal dia tidak memarahinya tapi guru tersebut tanpa jemu akan membimbing siswa sampai dia benar-benar paham dan mampu menyelesaikan soal tesebut.
Sedangkan guru yang ikhlas dalam kegiatan pembelajaran akan nampak dari sikapnya yang selalu mengajar dengan penuh semangat, guru tersebut akan mengayomi semua siswanya, akan sabar mengantarkan siswa-siswinya menuju cita-citanya, guru yang ikhlas bekerja atas panggilan jiwanya bukan karena imbalan sebab imbalan itu adalah hal yang wajar guru terima namun hal itu bukan menjadi motivasi utamanya, guru yang ikhlas itu akan terlihat dari sikapnya yang tidak mengharapkan pujian dari siapapun, guru yang ikhlas terlihat dari sikapnya yang selalu gembira karena dia benar-benar menikmati pekerjaannya, dan guru yang ikhlas tersebut akan gembira apabila siswa-siswi asuhannya mencapai kesuksesan.

F.     Apakah guru yang sabar dan ikhlas bisa mengantarkan keberhasilan bagi peserta didik?
Berhasil atau tidaknya peserta didik ditentukan oleh beberapa faktor yaitu:
1.      Faktor internal (dari dalam diri siswa sendiri)
Faktor yang berasal dari diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni:
a.
   Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan ketegangan otot jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi, memilih pola istirahat dan olahraga yang ringan secara teratur dan berkesinambungan.
Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan. Apabila daya pendengaran dan daya penglihatan siswa rendah, akan menyulitkan sensory register dalam menyerap item-iten informasi yang bersifat echoic dan econic (gema dan citra). Akan berakibat terhambatnya proses informasi yang dilakukan oleh system memori siswa tersebut.
Untuk mengatasi timbulnya masalah mata dan telinga, sebaiknya bekerja sama dengan pihak sekolah untuk memperoleh bantuan pemeriksaan rutin (periodic) dari dinas-dinas kesehatan setempat. Kiat lain yang tak kalah penting ialah menempatkan mereka di deretan bangku terdepan secara bijaksana. Tidak perlu menunjukkan sikap dan alasan mengapa mereka di tempatkan di depan kelas. Langkah bijaksana ini, perlu diambil untuk mempertahankan self-esteem dan self confidence siswa-siswa tersebut. Kemerosotan self-esteem dan self confidence (rasa percaya diri) seorang siswa akan menimbulkan frustasi.
b.
   Aspek Psikologis
Semua keadaan dan fungsi psikis tentu saja berpengaruh terhadap proses belajar yang bersifat psikis juga. Beberapa faktor psikis yang utama, yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar, ialah:
1) Intelegensi
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988). Jadi, intelegensi bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas. Tingkat kecerdasan (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
2) Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relative tetap terhadap objek, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negative. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama pada guru dan mata pelajaran yang di bawanya pertanda awal yang baik bagi proses belajar belajar siswa tersebut.
3) Bakat
Hampir tak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat yang dimilki, akan memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. Akan tetapi banyak hal-hal yang selalu menghalangi untuk tercipatanya kondisi yang sangat diingini oleh setiap orang. Dalam lingkungan sekolah (SMP, SMA) belum semua sekolah memberi pelajaran pilihan bebas, yang memang sesuai dengan bakat anak-anak. Memang diakui alat pengukur bakat yang benar-benar dapat diandalkan sampai saat ini masih langka. Secara mudah, bila dijumpai murid-murid berprestasi sangat menonjol dalam bidang tertentu kiranya ini perlu mendapatkan perhatian khusus, sebab ada kemungkinan anak tersebut mempunyai bakat dalam bidang itu.
4) Minat
Jika seseorang mempelajari sesuatu dengan penuh minat, maka dapat diharapkan bahwa hasilnya akan lebih baik, sebaliknya kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuata, jangan diharapkan bahwa akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut. Karena persoalan yang biasa timbul ialah bagaimana mengusahakan agar hal yang diinginkan sebagai pengalaman belajar itu menarik minat para pelajar atau bagaimana cara menentukan agar para pelajar dapat belajar sesuai dengan minatnya.
5) Motivasi
Motivasi belajar artinya bagaimana permulaannya seseorang itu mau belajar. Karena, belajar merupakan suatau keharusan. Keinginan untuk hidup sebagai manusia haruslah melakukan belajar. Belajar terjadi karena timbulnya kebutuhan. Kebutuhan inilah yang mendorong sesorang untuk belajar.
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbulnya dari dalam orang yang bersangkutan, tanpa rangsangan atau dorongan dari orang lain. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa motivasi instrinsik lebih efektif dalam mendorong seseorang dalam belajar daripada motivasi ekstrinsik.
6) Emosi
Sesuai dengan proses belajar dalam perkembangan kehidupan sesorang maka terbentuklah suatu tipe atau keadaan kepribadian tertentu, antara lain menjadi seseorang yang emosional, mudah putus asa. Hal ini tentu ikut menentukan bagaimana ia menerima, menghayati pengalaman yang diperoleh. Keadaan emosi yang labil, mudah marah, mudah tersinggung, merasa tertekan, dapat menggangu keberhasilan anak dalam belajar. Sedangkan, perasaan gembira, bebas, merupakan aspek yang mendukung dalam kegiatan belajar.
7) Kemampuan Kognitif
Yang dimaksud dengan kemampuan kognitif adalah kemampuan menalar yang dimiliki oleh siswa. Perlu diketahui bahwa penalaran kognitif tidak akan berkembang dengan baik, tanpa adanya latihan. Untuk itu, belajar secara teratur akan meningkatkan kemampuan kognitif yang dimiliki seseorang.
2.       Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa)
Faktor eksternal terdiri dari tiga macam, yaitu:
a.    Faktor Lingkungan
1) Lingkungan alami
Yaitu kondisi alam yang dapat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, seperti: cuaca, musim yang sedang berlangsung, termasuk kejadian alam.
2) Lingkungan sosial
Lingkungan sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan, teman sekelas, masyarakat, keluarga. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik, sabar, ikhlas, dan memperlihat suri tauladan yang baik. Kondisi masyarakat yang serba kekurangan akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Yang lebih banyak mempengaruhi ialah orang tua dan keluarga siswa.
3) Lingkungan non sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, dan alat-alat belajar. Faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan siswa.
b. Faktor-Faktor Instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan pengujiannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor ini dapat dimanipulasi untuk mencapai tujuan belajar yang telah dirancang. Terdiri dari 5 hal:
1) Kurikulum
Kurikulum sekolah yang belum mantap, dapat mengganggu proses belajar siswa. Terutama siswa yang terkena aturan perubahan kurikulum. Kurikulum yang baik, jelas, dan mantap memungkinkan para siswa untuk dapat belajar lebih baik pula.
2) Program
Program pendidikan dan pengajaran di sekolah yang telah dirinci dalam suatu kegiatan yang jelas, akan memudahkan siswa dalam merencanakan dan mempersiapkan untuk mengikut program tersebut. Program-program yang jelas tujuannya, sasarannya, waktunya, dan kegiatannya membantu siswa dalam proses belajar.
3) Bahan atau hal yang dipelajari
Bahan atau hal yang dipelajari akan menentukan bagaimana proses belajar itu terjadi dan akan menentukan pula kuantitas maupun kualitas belajar. Berbeda dalam proses pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar.
4) Sarana dan fasilitas
Keadaan gedung/tempat belajar siswa, termasuk penerangan, fentilasi, dan tempat duduk dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Penerangan yang cukup, fentilasi yang memungkinkan pergantian udara secara baik, tempat duduk yang memadai dan ruangan yang bersih akan membuat iklim yang kondusif untuk belajar. Alat-alat pelajaran lengkap, perpustakaan yang memadai, koperasi, kantin, merupakan faktor pendukung keberhasilan dan kemudahan bagi para siswa.
5) Guru/tenaga kerja
Kelengkapan jumlah tenaga pengajar dan kualitas dari guru tersebut akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Disamping itu, cara guru mengajar akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
Kemampuan guru, kedisiplinan dan cara mengajar yang baik yang dimiliki oleh setiap guru yang sabar dan ikhlas, memungkinkan para murid belajar secara baik.
 Jadi dapat dapat disimpulkan bahawa guru yang sabar dan ikhlas adalah salah satu faktor yang bisa mengantarkan keberhasilan bagi peserta didiknya untuk menguasai pelajaran yang diajarkannya, dan dengan siswa mampu menguasai pelajaran maka tanpa disadari guru tersebut telah mengantarkan peserta didik menuju keberhasilan mereka dalam meraih cita-cita yang mereka inginkan.



BAB III
KESIMPULAN

Menjadi seorang guru tidak cukup hanya memiliki wawasan yang luas saja namun disamping itu dibutuhkan juga kesabaran dan keikhlasan dalam menjalankannya. Karena dengan kesabaran dan keikhlasan tersebut akan menumbuhkan motivasi bagi siswa untuk belajar.
Untuk menjadi seorang guru yang sabar dan ikhlas itu tidak semudah membalikkan telapak tangan tapi membutuhkan proses yang  cukup panjang. Kesabaran tidaklah berdiri dengan sendirinya, ia selalu berdampingan dengan iman. Kesabaran itu tumbuh dengan iman. Semakin kuat iman seseorang maka semakin kuat pula kesabarannya. Keimanan yang kuat menghujam di dalam dada yang akan mendorong tumbuhnya kesabaran yang kuat pada diri seseorang. Membuat orang yang lemah secara fisik menjadi kuat, membuat orang selalu memiliki harapan dan optimis melihat masa depan, membuat orang selalu bersemangat, pantang menyerah, dan tidak putus asa karena Allah SWT selalu menyertai orang-orang yang sabar.
Disamping sabar, seorang guru juga harus memiliki sifat ikhlas dalam mendidik peserta didik. Menurut ustad  Jefri Al Bukhori, Ikhlas adalah melakukan amalan-amalan semata-mata mencari keridaan Allah SWT. Amalan-amalan tersebut tanpa dicampuri dengan keinginan dunia, keuntungan, pangkat, harta, kemasyhuran, kedudukan tinggi, meminta pujian, menuruti hawa nafsu, dan lainnya. Bila seorang guru ikhlas dalam menyampaikan materi yang diajarkan maka pembelajaran akan lebih bisa terserap, karena guru yang ikhlas hanya mengharapkan ridho dari Allah SWT akan selalu berupaya membuat atau mencari model pembelajaran yang sesuai dengan  kebutuhan peserta didik dan dapat mengembangkan kemampuan yang ada dalam diri peserta didik, sehingga pembelajaran yang di sampaikan terkesan lebih bermakna dan lebih menarik. Pendidik bisa memposisikan dirinya sebagai motivator yang handal dengan niat yang baik, sebagai fasilitator yang merancang pembelajaran dengan sempurna. Pandangan orang yang ikhlas akan lebih tertuju kepada apa sesuatu yang terbaik yang dapat ia berikan kepada peserta didik agar peserta didik dapat menerima pemberiannya dengan senang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa guru merupakan salah satu faktor penentu kesuksesan siswa. Oleh karena itu dibutuhkan guru yang sabar dan ikhlas dalam dunia pendidikan agar peserta didik yang merupakan generasi penerus bangsa dapat tumbuh menjadi generasi yang cerdas dan bertakwa, sehingga mampu bersaing  dengan dunia internasional dalam menghadapi globalisasi tanpa harus menghilangkan jati diri bangsa indonesia.



DAFTAR PUSTAKA

Emy Dini,   2012 ,  Keutamaan Ikhlas, Diakses pada tanggal 09 Desember 2012 dari    http://utaratu.wordpress.com/2012/06/25/keutamaan-ikhlas/

Jefri Al Bukhori, 2012, Ciri-ciri Orang Ikhlas, Diakses pada tanggal 02 Desember 2012 dari  http://aceh.tribunnews.com/2012/08/06/ciri-ciri-orang-ikhlas

Ummu Azma,    2010, Dahsyatnya Kekuatan  Sabar, Bogor : Belanoor

_____________, 2012,  Ikhlas, Khusnudhon, dan Pemaaf (Menjadi Guru Menyanangkan Part 12), Diakses pada tanggal 10 Desember 2012 dari  http://guruhebat-guruhebat.blogspot.com/2011/02/ikhlas-khusnudhon-dan-pemaaf-menjadi.html


______________, 2012, Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, Diakses pada 11 Desember 2012 dari http://opinisaya.net/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-belajar.xhtml